Advertise Box

Saya Takut Nyatanya

Seorang asisten dosen yang cantik, pintar, baik hati, suatu hari pernah berkata bahwa ekspektasi membuat kita berperilaku seperti apa yang kita pikir, hingga akhirnya ekspektasi itu jadi realita. Dia jelaskan dengan kurva, angka, dan fakta. Lucunya, tulisan-tulisan di papan tulis itu, yang kemungkinan keluar di lembar soal UAS, tidak semenarik itu buat saya. Kata-katanya lebih menggelitik, membuat saya sejenak menarik mundur diri untuk berpikir.
Saya tahu kalau mau dihubungkan dengan motivasi,  hubungan kata-kata kakak cantik itu adalah dengan positive thinking, self support, dll. Sejenak berdiam. Saya tahu. Yang menarik justru ketika saya sadar saya kadang tak bisa paksakan ekspektasi, tidak mampu mengukur seberapa pantas saya untuk sebuah ekspektasi atau seberapa jauh sebenarnya saya dapat bertindak agar menjadi pantas untuk sebuah ekspektasi.  Lawak ya. Tapi sungguh nyata buat saya. 
Belakangan hidup saya sangat dekat dengan harapan. Tapi saya tau kadang harapan itu kosong. Atau setidak-tidaknya begitu volatile, hingga menguap sesaat setelah terisi dan saya sedang berusaha raih. Hasilnya? Luka hati.

Ha, tapi tak apalah. Kata orang, inilah hidup.

Jakarta, 16 Mei 2011


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers