Advertise Box

114 Siswa Sekolah SMPN 13 Belajar di Lantai

KUBU RAYA - Sebanyak 114 siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 13 sungai Raya, Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, belajar dalam kondisi memprihatinkan. Dalam proses belajar mengajar sehari-hari, mereka tidak menggunakan kursi dan meja, melainkan duduk di lantai. Seperti yang dipantau Tribun, Selasa (26/7/2011), para siswa duduk tidak beraturan. Tas dan buku-buku berserakan.
Sekolah yang baru selesai dibangun pada 2009 ini memiliki total 292 siswa. Siswa kelas VIII yang berjumlah 178 orang tertampung dalam empat lokal (ruang kelas). Mereka inilah yang bisa belajar dengan menggunakan kursi dan meja.

Tahun lalu, sebagian siswa yang kini duduk di kelas VIII juga mengalami hal yang sama, yakni duduk di lantai.
Sedangkan kelas VII yang berjumlah 114 siswa, yang ditempatkan di dua lokal, harus belajar dengan kondisi seadanya. Karena tidak ada kursi dan meja, mereka bergeletakan di lantai.
Buku tulis dihamparkan di atas lantai. Ketika hendak menulis, mereka harus membungkuk. Sesekali mereka mengangkat muka untuk melihat ke papan tulis agar bisa menyalin catatan dari guru.
Beberapa siswa yang dihubungi Tribun, menyampaikan keluhannya. Namun demikian, mereka terlihat sangat bersemangat untuk mengikuti proses belajar mengajar.
M Yani (15), satu di antara siswa kelas VII, mengaku tidak nyaman belajar dengan kondisi duduk dan membungkuk.
"Kalau belajar duduk kayak gini, sakit pinggang dan leher terasa capek. Waktu mau masuk sekolah, kami tidak tahu kalau belajar di lantai seperti ini. Tapi, mau tidak maulah," ungkapnya.
Hal senada diungkapkan Bayu Riski (13). Ia sangat berharap dapat belajar menggunakan kursi dan meja, seperti saat di SD.
"Maunya duduk di atas kursi. Kalau duduk di lantai, capek, pinggang sakit, kepala sakit karena nunduk terus. Tapi, kami tetap semangat belajar. Karena mau apalagi, kursi tak ada," katanya.
Kepala SMPN 13 Sungai Raya, Rajuan, yang dikonfirmasi atas kondisi para siswanya, mengakui, memang terdapat dua ruang kelas yang tidak dilengkapi kursi dan meja.
Kondisi tersebut sudah dirasakan selama dua tahun. Pihak sekolah sudah meminta kepada Dinas Pendidikan KKR agar dianggarkan pengadaan kuri dan meja tersebut.
"Kami kasihan pada anak-anak yang tidak mendapatkan kursi dan meja. Pernah kami belikan meja lipat, namun tidak bertahan lama," jelas Rajuan.
Anggota Komisi X DPR, Zulfadhli, mengaku terkejut mendapat informasi terkait masih ada siswa yang belajar di lantai. "Saya sangat menyesalkan jika kondisinya seperti itu. Saya harus turun langsung melihatnya," tegas Zulfadli.
Dihubungi Tribun seusai kunjungan kerja ke Serang, Banteng, Selasa, legislator asal Kalbar ini mengatakan bicara pembangunan ruang kelas baru, selama ini sudah dibantu pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
"Tiap tahun dapatnya besar dan disalurkan ke kabupaten- kabupaten untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan," ujar mantan Ketua DPRD Kalbar ini.
Zulfadhli menegaskan seharusnya pemerintah setempat cepat tanggap, mendeteksi dini, jika memang SMPN 13 Sungai Raya belum memiliki fasilitas kursi dan meja. Terutama, karena Juli ini merupakan tahun ajaran baru. Pastilah, ada siswa baru dan banyak orangtua yang ingin anaknya bersekolah.
"Jadi, pengadaan kursi dan meja itu menjadi prioritas. Itu kebutuhan langsung masyarakat. Tanggal 31 Juli saya akan melihat sendiri kondisi sekolahnya. Kebetulan, saya memang sedang reses," ujar politisi Partai Golkar ini.
Ia menambahkan selama ini, DAK yang mengalir ke kabuaten dan kota rata-rata Rp 20 miliar per tahun, bahkan ada yang lebih. Kewenangan pengelolaannya ada di kabupaten dan kota.
Dana itu memang untuk keperluan pendidikan. "Bisa digunakan kalau APBD atau PAD kabupaten/kota terbatas. DAK ini memang untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan itu," ujarnya.
Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan, menyatakan terkejut ketika mendengar informasi mengenai kondisi 114 siswa SMPN 13 Sungai Raya tersebut.
Muda langsung menghubungi Kabid Pendidikan Dasar Disdik Kubu Raya, Iskandar. Sesaat kemudian, Muda menjelaskan, sesuai informasi dari Kabid Pendidikan Dasar, sekolah tersebut mendapatkan dari APBN.
"APBN yang lalu itu tidak diikuti dengan pengadaan bangku. Apabila melalui APBD, maka akan diikuti dengan fasilitas bangku. Karena sekolah ini baru, jadi belum mendapatkan bangku," ungkap Muda yang ditemui di Kantor Bupati, Selasa.
Terkait permasalahan ini, Muda menyatakan secepatnya akan dilakukan pengadaan bangku. Ia juga meminta Disdik Kubu raya untuk segera menangani dan menindaklanjuti hal tersebut.
Dihubungi terpisah, Kabid Pendidikan Dasar Disdik Kubu Raya, Iskandar, mengatakan, di sekolah tersebut terdapat empat kelas yang dibangun pada 2008. Sekolah ini merupakan hasil kerjasama dengan pemerintah Australia. Kemudian, pada 2010, mendapatkan bantuan dari pusat berupa satu lokal dan ruangan guru.
"Sebenarnya, untuk proses belajar, cukup dengan empat kelas yang ada. Kondisi ini terjadi karena sekolah mengambil kebijakan menerima siswa melebihi target," jelas Iskandar.
"Kalau menerima siswa melebihi dari target, maka kebijakan dari sekolah sebenarnya harus disampaikan kepada para orangtua, yakni konsekuensinya proses belajar mengajar akan berlangsung seperti itu," ungkapnya.
Menurut Iskandar, Pemkab sudah menganggarkan dana untuk sekolah tersebut dan sedang dalam proses lelang. "Semoga tahun ini bisa dipenuhi," katanya.
Terkait dana BOS, menurut Iskandar, dana itu tidak boleh dibelikan bangku sebelum dipenuhi kebutuhan dasar seperti alat-alat peraga ataupun buku-buku untuk menunjang proses belajar siswa.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers