Advertise Box

Showing posts with label Problems (Love) Solutions. Show all posts
Showing posts with label Problems (Love) Solutions. Show all posts
"Knowing others is wisdom, knowing yourself is enlightenment"

Lao Tzu-
Saya tidak pernah menyangka bahwa tempo satu tahun sanggup membawa terlalu banyak kisah dalam milestone hidup saya. Saya juga tidak pernah mengira kalau kenyataan bisa lebih indah dari ekspektasi... hingga berkali-kali lipat. Yang saya tahu, dulu saya cuma bermimpi.

Mimpi saya tidak istimewa. Meski saya banyak mau, saya mulai bisa menyederhanakan inti dari segala cita-cita saya. Dan itu sederhana, mimpi yang sungguh bisa dikonstruksikan oleh otak manusia. Kemudian, langkah-langkah itu mulai nampak jelas, tidak lagi blur. Mimpi besar itu kian mungkin diraih. 

Saya dapatkan mimpi masa kecil saya, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sepanjang 18 tahun hidup, menjadi bagian dari masyarakat ini adalah pencapaian terbesar saya. Saya bangga, bahagia tentunya. Usaha saya tidak sia-sia. Kebahagiaan holistik adalah ketika menghidupi mimpi, mewujudkannya jadi realita. Secara definisi tadi, saya sudah mencapai itu.

Saya rasa tahun pertama saya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sedikit banyak memberikan saya gambaran seperti apa dunia ke depannya. Lucu ya, dulu saya begitu naif. Saya dulu lihat dunia ini seperti kurva dua dimensi. Sempit sekali pandangan saya. Untungnya saya cukup adaptif. Jadi dunia perkuliahan terasa indah buat saya, dinamis dan menantang.

Dibalik keelokannya, hidup sekarang lebih keras. Saya sadari jadi mahasiswa bukan sekadar mendapatkan nilai di atas kertas. Saya sadari bahwa lulus dari sini saya bawa beban berat. Yang jelas, saya mesti berbobot. Itu tidak hanya menuntut saya untuk rela merongrong jadwal tidur. Tapi juga mau hati diobrak-abrik, otak dikontaminasi, dan jiwa dirusak. Saya tidak berlebihan. Sekarang benar kalau nasihat dulu berkata hidup itu harus tangguh.

Kalau saya rangkum, satu tahun ini rasanya hanya satu.... luar biasa. Malu sebenarnya ketika masih sering mengeluh, masih sering tidak bersyukur, masih sering tidak ikhlas mengerjakan tugas atau belajar. Malu sama diri sendiri ketika bilang ini mimpi saya. Saya dapatkan lebih. Saya dapat pengalaman tak terukur oleh materi, teman-teman yang tak terlupakan, dan masa depan yang sekarang rasanya lebih manis.

Meski beberapa saat ini saya agak limbung karena banyak cobaan, saya harus kembali, on track. Sederhananya agar nanti ketika ada yang bertanya kemana saja saya selama ini, saya bisa jawab kalau saya sedang.... menghidupi mimpi.

:)



Dear Mr. Ban Ki-moon,
I was walking around my neighborhood today when I witnessed how lively my environment was. Unfortunately, the electricity was going out when I arrived home. Suddenly I realized that a lot of people throughout the world are suffering from blackout everyday because of the lack of energy distributed to their homes.
Then, my mind flew to nuclear power. This power is able to produce enormous energy for electricity and give other advantages. In the other side, it’s also possible to destroy this entire planet. I knew that nuclear power could help human being in many aspects. In fact, a lot of people confront the using of this energy and are afraid of nuclear misapplication. I wondered how to maximize the advantages of nuclear power peacefully.
I was grateful to realize that there’s a global organization which accommodate world’s security. Nuclear power should be utilized for good intention. In the other side, people’s ignorance about this issue and fear of its misapplication are obstacles to peaceful use of nuclear power.
As a part of world citizen, I suggest some solutions to this problem. UN could contribute by making the nuclear power as global issue and educating all people about nuclear itself. While doing it, UN should define strict rules of nuclear development, keep supervising, and also support further study about safe nuclear utilization.
Mr. Ban Ki-moon, under your influence in nuclear management, I believe that UN would bring a better future for the entire world by performing peaceful use of nuclear power. Eventually, I hope people would witness how lively this world is and experience the advantages of nuclear power.
Best regards,

Nadya PH       



This letter brought me to the IMUN conference. Sigh, even till now, I don't have a certainty of my own presence in this event. I really want to, though :'(
Udah lama ya post gue tidak berisi berita yang menggembirakan. Nah, tanggal 6 Agustus kemarin ini ada kabar yang sungguh membuat hati gue berbunga-bunga sepanjang hari (ini ga lebay loh, beneran seneng soalnya hehe). Sebenarnya udah mau gue post dari tgl 6 berita bahagia ini tapi gue belom dapet kepastian. Baru hari ini saat jam-jam jenuhnya OBM, gue buka email. Di inbox, ada email yang gue nantikan. 

Wihiiiww. Sayangnya, saat gue sedang di atas awan gue menerima kabar buruk. Di kalender akademik SIAK-NG gue tertulis jadwal UTS semester 1 pada tanggal 17-27 Oktober which is bersinggungan dengan jadwal konferensi ini. Yah di sinilah titik dilematisnya dan turning point kebahagiaan gue. Tapi ya lihat sajalah nanti. Gue percaya Tuhan kasih yang paling baik :)


PS : Maafkan gue ya, post kali ini nge-junk sekali. 
Bagaimana rasanya melepas mimpi yang sudah tergenggam hanya karena urusan birokrasi?


Sakit. Equal with a heartbreak caused by breaking up :'''''((((((








Ya Tuhan, tolong buka jalan....
Happy birthdaaaaaay to me! I'm officially 17 now :)

Well, tadi gue bangun, nyalain komputer, blogwalking, dan buka account blogger. Sempet baca posts yang isinya kebanyakan (atau malah semuanya) tentang cinta, insecurities, dan cinta. Untuk beberapa saat, gue sempet merasakan ada sebuah lubang yang tertutup di lubuk hati gue, ada suatu perasaan yang tidak terdefinisi, suatu perasaan ketika lo berhasil lepas dari belenggu, seperti itu kira-kira yang gue rasain.

Kalau dipikir-pikir, perasaan gue selama ini termasuk wajarlah dialami sama kebanyakan remaja yang merasakan namanya jatuh cinta dan patah hati. Tapi, buat gue ini benar-benar mengganggu. Hidup dalam kecemasan; kecemasan kehilangan selamanya, kecemasan ga bakal dapet kekasih lagi, kecemasan ga bisa disayang lagi. Silly, I know, tapi itu begitu nyata buat gue beberapa bulan ini.

Gue sering curhat, terlalu sering malah. Hampir semua mengatakan hal-hal klise kayak "Tuhan tidak mungkin memberi pencobaan yang lebih berat dari kemampuan manusia", "Tuhan pasti beri yang paling baik", and such. Membantu sih, untuk beberapa saat. Sesaat kemudiaan, gue jatuh lagi dalam kesedihan, kecemasan. Jadi curhat semacam obat buat gue, yang harus dikonsumsi secara rutin supaya bisa sembuh.

Terlepas dari semua yang gue alamin, gue bersyukur sekarang. Mungkin gue berlebihan selama ini memandang apa yang gue hadapin. Dan emang ini cara Tuhan mendidik gue. Ada suatu tujuan, bukan, dari setiap hal yang boleh terjadi? Gue percaya kalo sehelai rambut gue aja ada dalam pengawasan Yang Agung, apalagi diri gue, hidup gue, hidup teman-teman gue, dan dunia ini.

Hal-hal yang telah terjadi selama 17 tahun 2 hari ini mengajarkan gue banyak hal. Ini mungkin yang dinamakan berkembang, belajar jadi dewasa. Dan pembelajaran ini katanya berlangsung sampai err, seumur hidup.

Satu hal yang paling penting dari semuanya adalah gue sadar bahwa Tuhan adalah Penulis yang luar biasa. Tiap orang dididik lewat pengalaman dan caranya masing-masing. Dia punya kisah luar biasa dalam diri setiap manusia. Tugas kita adalah melaksanakannya, experience it. Amazing.

Live well, learn much, spread the love, and experience every feeling. Karena gue percaya semua yang ada, yang terjadi, berarti dan berharga.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers